Christopher Columbus
Nama harum Christopher Columbus sebagai penjelajah dunia sedikit tercoreng dengan hasil riset peneliti yang menyebutkan tokoh tersebut terjangkit sifilis --salah satu jenis penyakit kelamin. Kesimpulan itu diperoleh ketika peneliti menemukan bukti dalam tulang yang berumur dua abad atau berbarengan dengan munculnya pertama kali penyakit tersebut.
Secara tidak langsung, peneliti menyalahkan Columbus dan kru kapalnya setelah membawa wabah penyakit itu ke benua Eropa pascakembali dari benua Amerika. Bukti keterlibatan Columbus sebagai penyebar sifilis berasal dari temuan tulang di London timur. Hasil analisis terhadap tulang tersebut diketahui tanda-tanda sifilis berupa guratan kasar pada tulang.
Brian Connell, seorang pakar museum dari London menyatakan keraguannya terhadap temuan kerangka tersebut. Menurut dia, sampel radiokarbon yang digunakan hanya menjamin akurasi sekitar 95 persen.
"Kami percaya Christopher Columbus tidak membawa penyakit ketika tiba di Eropa. Dua kerangka yang diketahui terkena sifilis diketahui berasal dari tahun kematian yang berbeda," papar COnnel kepada Time, seperti dikutip dailymail, Selasa (26/10). Kerangka pertama diperkirakan seorang anak yang menderita kebutaan, memiliki gigi taring berkemiringan 45 derajat dan meninggal saat berusia 10 tahun. "Hasil analisis memperlihatkan kondisi yang sangat menyedihkan. Tengkorak yang seharusnya halus seperti lanskap bulan yang kasar,"
Sifilis merupakan jenis penyakit kelamin yang menyebabkan kerusakan serius pada jantung, otak, mata dan tulang. Jika tidak ditangani secara intensif, sifilis dapat berakibat fatal. Di zaman sebelum antibiotik ditemukan, bakteri Treponema, penyebab penyakit tersebut, sangat berbahaya. Bakteri ini segera menyebar dan menjadi musibah setiap kota besar.
Diketahui, kasus pertama sifilis terjadi pada tahun 1495, tiga tahun pascaperlayaran pertama Columbys ke dunia baru. Kontroversi benar atau tidaknya Columbus pembawa penyakit sifilis ke benua Eropa mengundang perdebatan. Tak sedikit pendapat yang mengatakan Vikinglah yang membawa penyalit itu dari Amerika. Pasalnya, bangsa Viking telah menyeberangi Atlantik lebih dulu ketimbang Columbus.
Secara tidak langsung, peneliti menyalahkan Columbus dan kru kapalnya setelah membawa wabah penyakit itu ke benua Eropa pascakembali dari benua Amerika. Bukti keterlibatan Columbus sebagai penyebar sifilis berasal dari temuan tulang di London timur. Hasil analisis terhadap tulang tersebut diketahui tanda-tanda sifilis berupa guratan kasar pada tulang.
Brian Connell, seorang pakar museum dari London menyatakan keraguannya terhadap temuan kerangka tersebut. Menurut dia, sampel radiokarbon yang digunakan hanya menjamin akurasi sekitar 95 persen.
"Kami percaya Christopher Columbus tidak membawa penyakit ketika tiba di Eropa. Dua kerangka yang diketahui terkena sifilis diketahui berasal dari tahun kematian yang berbeda," papar COnnel kepada Time, seperti dikutip dailymail, Selasa (26/10). Kerangka pertama diperkirakan seorang anak yang menderita kebutaan, memiliki gigi taring berkemiringan 45 derajat dan meninggal saat berusia 10 tahun. "Hasil analisis memperlihatkan kondisi yang sangat menyedihkan. Tengkorak yang seharusnya halus seperti lanskap bulan yang kasar,"
Sifilis merupakan jenis penyakit kelamin yang menyebabkan kerusakan serius pada jantung, otak, mata dan tulang. Jika tidak ditangani secara intensif, sifilis dapat berakibat fatal. Di zaman sebelum antibiotik ditemukan, bakteri Treponema, penyebab penyakit tersebut, sangat berbahaya. Bakteri ini segera menyebar dan menjadi musibah setiap kota besar.
Diketahui, kasus pertama sifilis terjadi pada tahun 1495, tiga tahun pascaperlayaran pertama Columbys ke dunia baru. Kontroversi benar atau tidaknya Columbus pembawa penyakit sifilis ke benua Eropa mengundang perdebatan. Tak sedikit pendapat yang mengatakan Vikinglah yang membawa penyalit itu dari Amerika. Pasalnya, bangsa Viking telah menyeberangi Atlantik lebih dulu ketimbang Columbus.
sumber:republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar